Minggu, 12 September 2021

25;Majhul-Dzat

Sudah berkali-kali aku menuliskan perihal masa depan, kini untuk pertama kali aku tuliskan perihal kamu, dan harapan pertamaku padamu, agar kamu penuhi kisah demi kisah tuk akhiri sepi. 

Untukmu wahai lelaki masa depan. Barangkali tak sempat waktumu membaca tulisanku, namun siapa sangka bahwa kelak takdir membawa kita dalam perjalanan menuju ruang singgah ternyaman. Suatu hari tulisan ini akan sampai kepadamu, sebagai tanda bahwa telah ku hapuskan masa lalu. 

Kemarin saat ucapan "cepat menikah" meluncur sebagai seremonial ultah, tak ada angan yang lain selain terkabulnya rintih doaku. Sempurna khayalku menebak kepada siapa kelak aku berlabuh. Namun ku harap itu adalah kamu.

Hai kamu, dimanapun kamu berada, siapapun kamu kelak, aku harap kita bertemu dalam keadaan pantas dan telah sembuh dari luka akibat perasaan nyeri di masalalu. Aku tahu bagaimana rasanya terjebak dalam ketidakpastian, dan tak mampu mengenali apa yang sedang dimiliki, hingga lupa caranya mensyukuri.

Aku lelah dengan ketidakmampuanku dalam mengemban romansa, aku pun tahu bahwa setiap orang memiliki batasan mereka sendiri, bermacam pula cara Tuhan kuatkan hati hadapi semua. Namun, pahamilah diriku yang sekiranya telah bertahan menghadapi masalalu seorang diri. Satu hal yang pasti, aku tak akan siap bila bersama lelaki yang tak mampu menentukan hati sendiri.

Saat kamu membaca tulisan ini, aku harap kita belum sepakat untuk sebuah janji, agar jika kamu belum selesai dengan perasaan lama, ketahuilah bahwa sekarang waktunya untuk berhenti.

Lelakiku, bagiku kamu layaknya majhul dzat, segala tentangmu adalah ketidaktahuan. Semoga segera kita bertemu, sebagai dua orang baru yang telah utuh.

Dulu ku pikir akan menjadi sesuatu di umur 25, tapi aku tetap begini. Masih saja berkelana. Bertanya-tanya dimana rumah nyaman itu, tempat aku kembali merangkai tuju lalu bersama. 

Jodohku, kalau sudah main-mainnya segeralah pulang ke dalam pangkuan. Hati ini sudah siap menjadi rumah. Alamat terakhir tujuan petualanganmu.

Penghindaran

Sejak awal aku adalah gadis yang patah hati Tenggelam dalam emosiku sendiri Berada di ambang kehancuran Selalu dalam kehampaan Tak ada yang ...