Masih adakah yang menyiksa diri dengan kenangan?
Yang berjuang dengan perasaan dan kehampaan
Yang sama sekali tak pernah terbalaskan
Yang ditemani sunyi dan sepi, berharap bisa lebih hangat dan nyaman
Mereka yang berani pasti akan berdiri
Sedangkan aku yang sendiri, hanya bisa ber-elegi lalu perlahan pergi
Mereka yang percaya diri menuntut untuk di cintai
Sedangkan aku sekurangnya hanya ingin ditemani
Aku masih termangu dan bertopang dagu, berpikir tentang seseorang
Yang benaknya bagaikan warna langit di sore hari
Kadang jingga, kadang merah, kadang hitam pekat
Dan ketika kucoba selami dirinya
Menjadikanku penat akan diri sendiri
Nyawaku terhambat di penghujung mentari
Namun aku masih berpikir tentang seseorang
Yang senyumannya meruntuhkan cakrawala mimpiku
Rinai hujan tertambat pada sebatang rumput
Kita berdua belum jadi komposisi yang tepat
Kugerai laraku sambil menyesap harum ilusi
Bukankah hidup akan lebih indah, jika kita berlari menerobos asa?
Aku bersembunyi dalam pelukan hujan
Mencoba mengobati memar di hati
Derai angin menerpa setangkup ego
Masih saja aku berpikir tentang seseorang
Sebab aku mengenalnya
Aku pernah berjalan bersamanya dalam suatu mimpi
Yang sorot matanya begitu ku akrabi
Namun jika aku mengenalnya
Aku tahu apa yang akan dia lakukan
Dia akan mencintaiku saat itu juga
Seperti yang dia lakukan padaku di suatu mimpi
Disana aku dapat menyapa sang rasa
Bahwa dia bersemayam dalam mimpiku
Mimpi indahlah sebuah rasa
Jika nanti kau telah bangun, aku titip sapa ku
Katakan padanya bahwa ini soal semesta
Yang tak pernah membiarkan aku dan dia bersatu.