Kamis, 08 Juli 2021

Terbengkalai

Kita mendiami rumah tua tak berpenghuni, hantu dari masa lalu kita berlama-lama di sekitar ruang tamu, tapi kita membangun sumur di dalamnya untuk menggemakan suara kita, mencoba untuk tetap terlihat dan terdengar tapi itu tidak cukup. 

Mungkin dalam cahaya yang akan datang, aku akan melihat jiwamu yang terpantul di cermin mataku saat kita berpapasan kembali, menangkap sekilas tampilan samar diriku sendiri secara bersamaan. 

Mungkin kau bisa menguraikan seluruh perasaanku, sayang sekali kau menolak untuk menjadi lampu yang bersedia menerangi buku yang tersusun rapi di rak kamar tidurku. 

Kita membakar perapian untuk menghangatkan diri, hanya untuk membunuhnya dengan raga kita yang hampir bersentuhan, hidup ini penuh dengan kambing hitam dan pintu jebakan, rumah yang kita pikir adalah rumah sendiri, sebenarnya penjara buatan manusia. 

Kita salah memahami denah arsitekturnya, tapi diam saja sampai rumah ini terbengkalai, menyembunyikan pikiran kita di celah gerbang yang tertutup rapat. 

Kita memiliki kebun belakang, tanpa sempat menyiram tanaman yang tumbuh disana, aku tidak menyalahkanmu jika sekarang semuanya dipenuhi ilalang, bukan salah kita waktu berlalu begitu cepat.

Rumah yang kita tinggali benar-benar kosong, hingga lorong-lorongnya berhantu, yang tersisa hanyalah jendela yang berdebu karena waktu yang kita sia-siakan, dan dua pasang mata yang selalu dihantui mimpi buruk tentang kehilangan. 

Penghindaran

Sejak awal aku adalah gadis yang patah hati Tenggelam dalam emosiku sendiri Berada di ambang kehancuran Selalu dalam kehampaan Tak ada yang ...