Pilu, puisiku tak beranjak, sedangkan ia terkenang, menyisakan sesak dalam dada
Kutulis tentangnya perlahan, dengan kata yang tak selalu berima
Ku akui, tulisanku tak sesempurna persaanku padanya
Aku memang selalu begitu, merindu saat tak dirindukan dan mencinta saat tak dicinta
Betapa kejam perasaanku, bukan hanya pada mereka.. Tapi pada diriku juga
Resah, karena harus menunggu ia datang, sedangkan dia telah pergi, menjauh ke tempat yang tak bisa ku raih
Mungkin perasaanku saja, karena aku tak bisa kendalikan diri, jika ia jatuh pada pelukan yang salah
Kuharap sesekali dia menghampiri berandaku dan mungkin dia kan mengerti
Betapa berartinya dia, hingga tak seorangpun mampu menandingi kisah yang tertulis.. Sejak dia jadi inspirasinya
Bingung, untuk kesekian kalinya aku terjerat, pada seseorang yang ku puja kedalaman matanya
Tapi kali ini berbeda, tak hentinya ia membuatku terpana, dengan hal-hal yang membuatku semakin terkesima
Hingga ia hadir di mimpiku tadi malam, begitupun dengan malam sebelumnya, sebenarnya ia datang setiap malam
Betapa beruntungnya aku, karena di mimpiku ia sentuh wajahku.. Terasa nyata sebelum pagi menjelang
Tabah, memang inilah jalan Tuhan, tapi aku takkan menyerah untuk membawanya kembali dalam hari-hariku
Entah kapan waktu itu kan tiba, orang lain hadir menyapa, tapi hanya dia yang aku damba
Mungkin aku terlalu banyak berharap, hingga kuabaikan orang lain untuk singgah di hatiku, inginku ia datang membawa kembali senyuman yang telah lama sirna
Betapa indah jika hari itu datang, kan ku bisikkan kata-kata.. Dialah awal dan akhir dari jalan cerita yang senantiasa tercipta