Sabtu, 26 April 2025

Penghindaran

Sejak awal aku adalah gadis yang patah hati
Tenggelam dalam emosiku sendiri
Berada di ambang kehancuran
Selalu dalam kehampaan
Tak ada yang menginginkan hati yang telah hancur
Yang ku tahu hanya cinta yang mengecewakanku

Jika kau benar perhatikan
Kau bisa katakan bahwa aku memang kesepian
Dan yang kulakukan setiap malam adalah mencoba menyibukkan diri
Tapi aku memiliki kebiasaan buruk ini
Mendengarkan suara-suara dalam pikiranku sendiri

Aku menyerah pada pikiran-pikiran yang menggangguku ini
Aku ingin pindah ke kotamu dan menulis seribu kata sehari
Menjadi seseorang yang bukan diriku
Meromantisasi semua itu
Karena aku terjebak dalam pikiranku 
Aku mungkin harus sendiri
Tapi aku tak akan membiarkanmu pergi

Berapa lama kita bisa berpegang pada sesuatu yang akan kita lepaskan?
Tak akan ada bedanya jika kita saling menyakiti dengan menjadi diri kita sendiri
Aku mempertahankamu dengan sangat egois
Apa gunanya permintaan maaf dariku karena ku tahu tak akan ada yang berubah tentangku
Meskipun begitu, aku ingin kau tetap tinggal

Maaf aku memanfaatkanmu, aku takut tak kunjung menemukan seseorang untuk dicintai
Maaf aku membingungkanmu, aku hanya tak mau mengacaukan semuanya
Maaf aku hanya muncul saat aku takut kehilanganmu
Maaf aku sombong, karena dengan begitu aku tak akan terluka jika aku jadi yang pertama pergi
Maaf aku baru percaya kau mencintaiku saat aku merasa dibutuhkan
Maaf aku menginginkanmu tapi tak memilihmu

Entah kenapa setelah aku menemukan orang yang tepat untuk dicintai, aku masih tetap mengacaukan semuanya
Melihat begitu banyak kesempatan yang kulewatkan agar bisa mendapat akhir yang bahagia rasanya seperti neraka 
Bahkan jika aku masuk surga sekalipun, aku yakin bahwa aku mati sebelum memberitahumu bagaimana perasaanku yang sebenarnya
Dan aku terus menerus berpikir bahwa mungkin cinta itu ada tapi tak diciptakan untukku

Selasa, 15 Oktober 2024

Konon "apa yang ditanam ayah, itu yang akan dituai oleh anak perempuannya"

Ayah, barangkali hancurku ini sebab tegamu melukai ibu. Barangkali rasa takut mencintai itu tumbuh sebab aku dibesarkan sambil melihatmu menyakiti ibu.

Berulangkali aku mencintai orang yang salah sebab aku tidak mengerti mana batasan yang masih layak dimaklumi, mana yang tidak pantas diberi maaf lagi. Mungkin, sebab aku menyaksikan sendiri bahwa ibu telah memaafkan segala salahmu berkali-kali.

Berkali-kali pula cintaku dipatahkan oleh perlakuan seseorang yang telah aku sayangi sepenuh hati. Pada titik kebencian itu, aku masih menemukan pengampunan untuknya padahal hancurku tak terkira. Barangkali aku tumbuh sembari meniru bagaimana ibu selalu memaafkan perlakuanmu.

Ayah, aku tidak tahu makna cinta yang sungguh itu seperti apa. Sebab, dulu keluarga kita tidak kekurangan satupun harta. Tapi tetap saja kau ciptakan air mata untuk kita semua sampai kita jatuh sejatuh-jatuhnya. Lalu, seperti apa makna cinta itu, yah? Sebab keluarga yang orang lain kira cemara ternyata didalamnya banyak pecahan kaca.

Jika bentuk cinta memang seperti cara ayah menyayangi ibu, akan lebih baik untukku tidak menikahi siapa-siapa. Sebab, aku tidak sekuat ibu untuk mampu menahan segalanya. Tidak seluas hatinya yang sanggup memaafkan semua luka. Tidak setegar dirinya yang bisa menyeka sendiri tiap tetes air mata. Bagiku, cinta itu menyeramkan, yah.

Aku tumbuh dalam bayang-bayang ketakutan. Pada ikatan mana aku harus percaya, yah? Sedang cinta yang ayah dapat setelah bersaksi di hadapan Tuhan saja masih sanggup ayah lukai. Perempuan yang telah melahirkan anak-anak ayah, merawat dan membesarkan kami; masih sanggup ayah khianati. Setelah lebih dari separuh hidupnya ia berikan pada ayah, balasan yang ia dapatkan hanya berupa kenyataan yang nyaris membuatnya menyerah.

Dari ayah, aku tahu bahwa aku tidak pernah tahu seperti apa lelaki yang baik itu. Meskipun ayah adalah ayah yang baik sampai saat ini, tapi sepertinya tidak layak untuk dijadikan patokan memilih pasangan hidup.

Kehilangan demi kehilangan yang ku alami pada akhirnya mengajariku bahwa cinta itu memang sebuta ibu mencintaimu.

Untuk ayah, aku tidak membencimu, tapi ayah seharusnya menjadi cinta pertamaku bukannya sakit hati pertamaku. Ayah, semua luka itu kini ku maafkan. Hiduplah dengan baik dan bahagia karena ternyata bagaimanapun derita hidupmu pasti sampai padaku. 

Untuk ibu, aku memohon pada Tuhan agar dikesempatan yang akan berdatangan nantinya, aku bisa menebus segala air mata yang jatuh, segala rasa sakit yang kau rasakan seorang diri, dan rasa lelah yang engkau sembunyikan. Bu, maaf untuk segala hal sulit yang ibu rasakan karena bertahan demi anak-anakmu, padahal ibu seringkali terluka.

Mungkin ini jawaban dari berulangkali pertanyaanku “karma siapa yang sedang aku jalani? Kenapa sesakit ini..” atau mungkin sekarang memang Tuhan sedang ingin aku semakin ikhlas dengan lika liku hidup. Entahlah.

Aku hanya bisa berdoa jikalau nanti Tuhan izinkan aku menikah, semoga lelaki itu jauh lebih baik dari ayah, sebab aku tidak sekuat ibu.

Senin, 06 Mei 2024

Egois

Ternyata aku terlalu egois. 

Tidak menginginkan yang lama dan tak menyambut yang datang. Terlalu berpegang pada kemandirian, sehingga terus menyendiri. 

Tak buruk, tapi tak bisa dikatakan baik juga. Sendiri memang asik, tapi kesepian itu sakit. 

Se-egois itukah aku? 

Aku lebih tau diriku sendiri dibanding orang lain. Wajar saja bukan, jika tidak percaya siapapun selain Tuhanku sendiri? 

Aku begitu enggan untuk mencoba hal baru,  terlalu takut kejadian yang lalu terulang kembali. 

Aneh saja, susah beranjak dari kesedihan tapi tidak pula berani menerima kebahagiaan, terjebak di situasi yang tak pasti. Entahlah! 

Sabtu, 20 Januari 2024

Renjana

Aku akan melihatmu dalam khayalku sebagai kekasih yang terpisah oleh angan dan cita-cita 

Dan sekarang tunjukkan kepadaku wahai semua kekalahan yang termasuk dalam gubahan puisiku

Dimanakah aku akan mendapatkan negeri pengantin? 

Dimanakah saat teriakan suara bisingku terkuak dari air mataku? 

Adakah satu dekapan dada yang bisa mengeringkan siraman kenangan dari ingatanku? 

Aku sungguh lelah dari kerinduanku

Sedangkan luka ini terpancar dari segala arah

Rabu, 17 Januari 2024

Jam Pasir

Kira-kira begini adanya, ya, memang begini adanya. Sekatung-katung nasehat telah kutampung dikepala dan dikelopak mata, namun tak jua bisa membobolkan keras kepalaku ini. Bagaimana bisa hatiku telah dibobol dengan begitu sempurna namun masih saja aku menolak mengikuti semua arahan yang baik kepadaku?

Sembuh itu butuh waktu, namun waktu tak pernah memilihkan kita waktu mana yang tepat untuk dipilih.

Ada banyak cinta mengelilingiku namun tak satupun terlihat nampak dimataku. Ada banyak mimpiku yang berserakan dilangit-langit dunia, aku hanya membiarkan mereka bergelantungan seperti bintang-bintang. Aku menatapnya dengan penuh kebebasan.

Menunggu itu tidak pernah begitu menyenangkan, namun daripada ditunggu, aku lebih baik menunggu. Menunggu kapan untuk bisa benar membuka dunia, menunggu kapan bisa memilih waktu yang tepat untuk memulai, menunggu seseorang datang dengan luruh jiwanya, menunggu hujan turun, menunggu mimpi mana yang harus ku gapai, dan menunggu diriku kembali.

Saat ini semua terasa seperti ruang kosong yang dipenuhi angin sepoi-sepoi. Aku didalamnya sendirian, menatap keatas, menelisik langit yang biru cerah. Semuanya melayang dan aku diam saja. Tidak maju dan tidak mundur, tidak pula berusaha meraih mereka.

Minggu, 19 Desember 2021

Sedingin Batu

Aku tidak sedingin batu
Walaupun aku tidak lagi terperdaya oleh kata-kata dan permainan, karena aku bukan lagi orang yang percaya pada rayuan dan kebohongan.

Aku tidak sedingin batu
Meskipun aku telah memahami cara untuk menjadi diriku sendiri tanpa memikirkan  renjana.

Aku tidak sedingin batu
Sekalipun saat ini, aku tahu caranya untuk mengambil hatiku kembali dari mereka yang telah mengkhianati.

Aku tidak sedingin batu
Biarpun aku tidak lagi menempatkan orang-orang di atas singgasana yang tidak pantas mereka duduki, aku berhenti berjuang hanya untuk kalah dalam perang.

Aku tidak sedingin batu
Maupun aku berhenti menyesali diriku yang apa adanya, karena telah berpegang pada kebenaran.

Aku tidak sedingin batu
Sungguhpun aku tidak lagi gelisah, sekarang aku berdiri di tempatku sendiri dan mengambil kembali kekuatanku.

Aku tidak sedingin batu
Kendatipun caraku mencintai telah berubah, caraku untuk hidup juga telah berubah, dan aku tidak mencoba untuk 'memenangkan' siapapun lagi.

Aku tidak sedingin batu
Adapun aku telah belajar caranya menyalakan apiku sendiri ketika orang-orang meninggalkanku dalam kedinginan. 

Kamis, 25 November 2021

Aku

Mungkin itu aku. 

Mungkin banyak yang bertentangan denganku. Seorang pecinta romantis tanpa harapan dengan terlalu banyak harga diri. Seorang pemberi dengan kewaspadaan yang  tinggi. Skeptis yang percaya pada dongeng. Seorang realis dengan imajinasi liar. Jiwa sensitif dengan cangkang yang keras.

Mungkin itulah perlindungan yang ku punya. Yang  tidak benar-benar aku coba sembunyikan. Yang telah aku bawa sendiri selama bertahun-tahun. Yang ku pahami adalah, perlindungan yang kau punya membuatmu menjadi manusia yang kuat. Bekas lukamu membuatmu menjadi orang yang luar biasa. Tragedimu membuatmu indah dan jika aku harus berbohong tentang semua itu, maka barangkali aku harus mati. Atau mungkin harus menyerah atas semua yang telah aku bangun dan ku pelajari, kembali menjadi orang yang benar-benar rapuh. Seseorang yang menyerah pada cerita luar biasa mereka untuk menjadi karakter kedua dalam cerita orang lain. Dan aku menolak menjadi seperti itu. Aku menolak menjadi gadis yang malu dengan perlindungannya. Aku menolak untuk terus mengalah. 

Mungkin itu aku tapi inilah siapa aku. Aku bisa mengotak-atik beberapa hal dalam diriku tapi selalu akan berakhir pada diriku yang sebenarnya, dan butuh waktu yang sangat lama untuk menjadi diri sendiri. Butuh waktu yang sangat lama untuk menerima bagian yang tidak lengkap dan kurang sempurna. Butuh waktu yang sangat lama untuk menyadari bahwa aku bisa melakukan segalanya dengan benar dan masih saja salah karena aku tidak jujur pada diriku sendiri. Butuh waktu yang sangat lama untuk menyadari bahwa mungkin itu aku, dan jika aku adalah masalah bagi seseorang, suatu hari aku akan menjadi solusi bagi orang lain.

Penghindaran

Sejak awal aku adalah gadis yang patah hati Tenggelam dalam emosiku sendiri Berada di ambang kehancuran Selalu dalam kehampaan Tak ada yang ...