Sabtu, 20 Januari 2024

Renjana

Aku akan melihatmu dalam khayalku sebagai kekasih yang terpisah oleh angan dan cita-cita 

Dan sekarang tunjukkan kepadaku wahai semua kekalahan yang termasuk dalam gubahan puisiku

Dimanakah aku akan mendapatkan negeri pengantin? 

Dimanakah saat teriakan suara bisingku terkuak dari air mataku? 

Adakah satu dekapan dada yang bisa mengeringkan siraman kenangan dari ingatanku? 

Aku sungguh lelah dari kerinduanku

Sedangkan luka ini terpancar dari segala arah

Rabu, 17 Januari 2024

Jam Pasir

Kira-kira begini adanya, ya, memang begini adanya. Sekatung-katung nasehat telah kutampung dikepala dan dikelopak mata, namun tak jua bisa membobolkan keras kepalaku ini. Bagaimana bisa hatiku telah dibobol dengan begitu sempurna namun masih saja aku menolak mengikuti semua arahan yang baik kepadaku?

Sembuh itu butuh waktu, namun waktu tak pernah memilihkan kita waktu mana yang tepat untuk dipilih.

Ada banyak cinta mengelilingiku namun tak satupun terlihat nampak dimataku. Ada banyak mimpiku yang berserakan dilangit-langit dunia, aku hanya membiarkan mereka bergelantungan seperti bintang-bintang. Aku menatapnya dengan penuh kebebasan.

Menunggu itu tidak pernah begitu menyenangkan, namun daripada ditunggu, aku lebih baik menunggu. Menunggu kapan untuk bisa benar membuka dunia, menunggu kapan bisa memilih waktu yang tepat untuk memulai, menunggu seseorang datang dengan luruh jiwanya, menunggu hujan turun, menunggu mimpi mana yang harus ku gapai, dan menunggu diriku kembali.

Saat ini semua terasa seperti ruang kosong yang dipenuhi angin sepoi-sepoi. Aku didalamnya sendirian, menatap keatas, menelisik langit yang biru cerah. Semuanya melayang dan aku diam saja. Tidak maju dan tidak mundur, tidak pula berusaha meraih mereka.

Penghindaran

Sejak awal aku adalah gadis yang patah hati Tenggelam dalam emosiku sendiri Berada di ambang kehancuran Selalu dalam kehampaan Tak ada yang ...