Aku sempat tersentak, pikiranku beriak, dan hatiku terpekak. Sebagian adalah salahku, karena aku wanita yang sangat pemalas, yang enggan mencintai lelaki selain kamu. Sedang disana kamu bermain hati sesukamu.
Kamu seperti menggenggam dia di telapak tanganmu, sambil menaruh aku di punggung tanganmu. Mudah saja untuk aku terjatuh, sedang masih ada dia yang utuh di tanganmu.
Sepertinya kamu tak bisa melihatku, aku tersisih dari rindu-rindu yang sibuk kamu rapihkan di seberang sana. Mudah saja bagi kamu mengingkari, seperti menoleh ke kanan saat seharusnya kamu melihat ke kiri. Kadang meski jatuh hati, kesalku tak bisa memungkiri, aku tidak selalu memiliki kekuatan.
Dan jika harus jawaban tentangmu itu adalah keikhlasan, mungkin aku harus mengalah dan merebahkan keyakinanku. Maka segala pertanyaan tentang kita sepertinya telah menemukan jawaban.
Akal hingga hati disapa lelah dan lantas mengalah, jika jawaban atasmu adalah ikhlas, aku ingin memberitahumu, bahwa aku sudah lebih dulu ada di baris terdepan.