Siang hari, aku memimpikanmu perlahan
Dan menulisimu surat yang tak kan pernah sampai padamu
Saat ulang tahunmu tiba, tapi aku tak menghubungimu
Sekarang kau bertambah tua tanpaku disisimu
Ku lihat wajahmu pada mereka yang datang, mungkin aku telah hilang akal
Berusaha lanjutkan hidup maka aku pergi jauh dari kotamu
Lampu menyala begitu terang di tempat ku berada
Tersesat bersama pemandangannya karena ku coba untuk menemukanmu
Teringat saat kau masih setia mendampingi
Kenangan itu terus mengikuti
Kini sunyi sepi di dinginnya malam, menangis di perjalanan pulang
Karena aku masih mengingat namamu
Malam hari, aku memimpikanmu tanpa henti
Tenggelam dalam lamunan, terjaga sampai pagi
Cahaya redup, aku tersesat lagi di kota lain
Menggenggam tangan orang asing, kerumunan tanpa wajah
Dan kau ada disana, terlihat sama seperti pertama kalinya
Kau meraih tanganku, aku tersadar lagi
Kau pergi secepat kau datang dan meninggalkanku sendiri
Tapi aku bersumpah bahwa kau terasa nyata dalam genggamanku
Aku tahu kata-kata ini mungkin tak berarti apa-apa sekarang
Sementara aku terjebak di kota mati, kehadiranmu masih menghantui
Suatu hari, kan kutemukan jalan keluar dari sini
Jika kau tak berubah pikiran, ku bawa kau bersamaku.